Silahkan Baca Artikel Dari Sya Semoga Bermanfaat,Jangan Lupa Komentar Sebagai Jejak Pembaca

Minggu, 16 Oktober 2011

pantai sepanjang, si Pantai Kuta Tempo Doeloe




Bila ingin bernostalgia menikmati nuansa Pantai Kuta tempo doeloe, Pantai Sepanjang adalah tempat yang tepat. Sepanjang memiliki garis pantai yang panjang, pasir berwarna putih yang masih terjaga, dan ombak yang sedang. Anda tinggal memilih, ingin berjemur di atas pasir menikmati terik matahari, membelah ombak dengan papan selancar, ataupun hanya melihat keindahan pantai. Semuanya bisa Anda nikmati begitu tiba di pantai yang berjarak beberapa kilometer dari Pantai Sundak ini.
Pantai Sepanjang merupakan salah satu pantai yang baru dibuka. Nama "Sepanjang" diberikan karena ciri khas pantai ini yang memiliki garis pantai terpanjang di antara semua pantai di Kabupaten Gunung Kidul. Suasana pantai ini sangat alami. Bibir pantai dihiasi tumbuhan palem dan gubug-gubug beratap daun kering. Karang di wilayah pasang surut pantai pun masih terawat. Hempasan ombak masih memantulkan warna biru menandai air laut yang belum banyak tercemar. Dengan suasana itu, tak salah bila pemerintah daerah maupun investor berencana menjadikan pantai ini sebagai Pantai Kuta kedua.

Suasana alami itulah yang menjadikan Pantai Sepanjang lebih dari Pantai Kuta. Sepanjang tidak menawarkan hal-hal klise seperti beach cafe dancottage mewah, tetapi sebuah kedekatan dengan alam. Buktinya, anda akan tetap bisa menggeledah karang-karang untuk menemukan berbagai jenis kerang-kerangan (Mollusca) dan bintang laut (Echinodermata). Anda juga tetap bisa menemukan limpet di batuan sekitar pantai dan mencerabut rumput laut yang tertanam. Tentu dengan berhati-hati agar tak tertancap duri landak laut. Jelas kan, Anda tak akan menemuinya di Pantai Kuta?
Kebudayaan masyarakat pantai juga masih sangat kental. Tak ada bangunan permanen di pinggir pantai, hanya beberapa gubug yang ditinggali oleh masyarakat setempat. Masih di pinggir pantai, terdapat ladang yang digunakan penduduk untuk menanam kedelai. Pantai yang landai dan langsung diterpa ombak menyebabkan tak ada penduduk yang melaut. Bila melihat ke belakang, akan tampak dua buah bukit yang bagian lerengnya digunakan penduduk setempat untuk menanam jagung sebagai sumber makanan pokok. Tanah di puncak bukit tersebut telah dibeli oleh investor untuk dibangun sebuah villa yang harapannya bisa digunakan sebagai penginapan wisatawan.
Sepanjang juga memiliki situs bersejarah, yaitu Banyusepuh. "Banyu" berarti air dan "sepuh" berarti basuh atau membasuh. Sesuai namanya, tempat yang tadinya berupa mata air ini digunakan untuk membasuh atau memandikan. Penggunanya konon adalah para wali yang biasanya membasuh pusakanya. Situs ini tak akan diketahui keberadaannya bila tak bertanya ke penduduk setempat. Ketika YogYES melihat, situs ini hanya tinggal kubangan kering yang ditumbuhi tanaman liar.
Capek berkeliling, maka istirahatlah. Gubug-gubug yang berada di pinggir pantai biasanya digunakan penduduk untuk menjual makanan dan minuman yang sekiranya cukup untuk melepas lapar dan dahaga. Disediakan pula lincak (tempat duduk yang disusun dari bambu) untuk tempat ngobrol dan menikmati semilirnya angin pantai. YogYES sempat merasakan betapa sejuknya berteduh di bawah gubug. Kalau senja tiba, tengoklah ke barat untuk menyaksikan kepergian matahari. Walau kini belum ada villa, namun penduduk setempat cukup terbuka bila ada yang menginap.
Soal oleh-oleh jika pulang, pengunjung tak perlu berpusing-pusing mencari. Bukankah oleh-oleh tak harus selalu berbentuk makanan? Beberapa penduduk yang tinggal beberapa kilometer dari pantai sudah membuat kerajinan tangan berbahan dasar cangkang kerang-kerangan yang kemudian dipasarkan oleh penduduk pantai. Meski tak sekomersil di Malaysia, kerajinan tangan yang dibuat oleh penduduk cukup bervariasi. Ada kreasi berbentuk kereta kencana, orang-orangan, barong, jepitan, ataupun yang hanya sekedar dikeringkan dan dipendam di dalam pasir. Beberapa di antaranya dilukis sederhana menggunakan cat. Harganya pun tak mahal, cuma Rp 5.000 per biji.
Harga kerajinan yang murah tak berarti bernilai rendah. Kerajinan berbahan dasar Mollusca sebenarnya memiliki nilai historis yang besar. Jika pernah membaca buku ataupun artikel tentang Conchology, Anda akan mengetahui bahwa kerajinan tersebut adalah bentuk kebudayaan maha tinggi yang berkembang di masyarakat pesisir. Orang-orang Hawaii di Amerika Serikat, Kepulauan Melanesia, atapun Maori di Selandia Baru mengembangkan kerajinan serupa. Mereka merangkai cangkang kerang-kerangan menjadi kalung, rok, ikat pinggang, hingga memahat dan melukisnya menjadi seni rupa maha dahsyat.
Apabila uang di dompet sedang mepet, pengunjung dapat mengkoleksi cangkang yang ada di pinggiran pantai. Benda kecil ini dapat menjadi hadiah menarik bila diproses lebih lanjut. Ambil beberapa buah cangkang yang masih utuh kemudian masukkan dalam kantong plastik. Sesampainya di rumah, belilah tembakau atau mint dan campurkan dengan alkohol 90%. Setelah direndam sehari semalam, ambil cangkang dan gosok perlahan. Langkah itu akan menghilangkan lapisan kapur pada cangkang sehingga yang tinggal hanya lapisan tengahnya saja (lapisan prismatik). Gosokan akan membuat warna cangkang lebih cemerlang.

Selasa, 04 Oktober 2011

Pantai Wediombo

Pantai yang terletak di ujung timur wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta .Pantai Wediombo merupakan pantai yang berbentuk teluk dengan dinding perbukitan yang berwarna hijau subur. Pemandangan di kawasan pantai ini cukup indah dan sangat sesuai bagi Anda pecinta olahraga hiking. Berkemah di kawasan pantai Wediombo adalah kegiatan yang menyenangkan karena lingkungan sekitar yang tenang sangat mendukung.

Jarak pantai dari kota Jogja kurang lebih 80 kilometer, dan dapat dicapai dengan kendaraan milik pribadi atau kendaraan khusus. Kendaraan umum yang tersedia berupa mini bus yang mengambil trayek Jogja-Wonosari. Dari kota Wonosari, Anda dapat melanjutkan perjalanan dengan mini bus ke baron dan selanjutnya dari pantai Baron menuju ke pantai Wediombo. Akan tetapi bus tersebut hanya beroperasi pada hari libur. Tarifnya kurang lebih Rp 2.500,00 per orang.

       

TIP & TRIK 
- Pasir putih yang menghampar sepanjang pantai merupakan tempat bersantai yang sangat nyaman. Rasakanlah hangatnya pasir putih pantai ini.
- Pantai ini juga cocok untuk tempat camping, tp jangan lupa tetap jaga kebersihan dan keaslian pantai ini.
- Batu karang yang besar dan terjal adalah salah satu keistimewaan pantai ini, namun berhati-hatilah ketika menapakinya. Batu yang licin dan runcing akan berbahaya jika Anda tidak mengenakan pelindung kaki.

Senin, 26 September 2011

Wisata Gua Kiskendo Kulon Progo



                


Goa Kiskendo adalah goa alam di pegunungan Menoreh yang terletak 1200 m di atas permukaan laut yang berhawa sejuk. Goa ini terletak sekitar 35 km arah barat laut Yogyakarta di atas bukit utara Kabupaten Kulon Progo yang dapat diakses memalui jalan kecil beraspal. Hanya kendaraan beroda empat berukuran kecil saja yang dapat sampai ke gua ini. Bagi Anda yang datang dengan bis besar harus berhenti di desa Niten, dekat kantor kecamatan Giri Mulyo, sekitar 8 km dari gua.


Tidak jauh dari mulut goa Kiskendo terdapat Goa Sumitro yang mempunyai dua mulut vertikal dan horizontal yang mengalir sungai bawah tanah yang jernih. Objek wisata ini sangat cocok untuk kegiatan perkemahan karena didukung dengan adanya lahan yang luas dengan udara yang nyaman. Goa Kiskendo yang terletak di desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulya, dapat dicapai dari yogyakarta dengan jarak kurang lebih 38 km atau kurang dari 21 km dari kota wates. Sepanjang Goa Kiskendo dapat menikmati pemandangan alam pegunungan yang mempesona. Memasuki gua Kiskendo, pengunjung akan disambut oleh keindahan stalaktit dan stalagmit seperti gua batu kapur pada umumnya. Menurut legenda dahulu gua tersebut merupakan istana 2 raksasa bernama Maesosuro dan Lembusuro yang dikalahkan oleh Subali seperti yang dilukiskan pada relief di depan gua.

Jumat, 19 Agustus 2011

Wisata Pantai Glagah Kulonprogo


Airnya biru. Dan angin pantai yang khas Anda bisa merasakannya. Pantai Glagah terletak sekitar 40 kilometer ke barat dari kota Jogja. Lokasi ini adalah sekitar 15 mil dari Wates. Untuk mencapai tempat ini, dibutuhkan sekitar dua jam.Jangan takut bosan untuk perjalanan panjang karena Anda akan menemukan pemandangan yang luar biasa.
 
Meskipun sangat jauh dari pusat kota, Anda tidak akan menemukan jalan berkelok-kelok. 
Jalan itu lurus sehingga memudahkan bagi wisatawan yang ingin mengunjungi Pantai Glagah. Untuk cara ada dua jalan. Anda dapat memilih salah satu dari mereka. Pertama, melewati jalan Bantul selatan dan kemudian berbelok ke kanan ke jalan Bantul - Purworejo. Yang kedua adalah jalan berjalan ke arah barat melalui jalan-jalan Yogyakarta - Wates - Purworejo. Untuk lebih mudah untuk mencapai Pantai Glagah Anda dapat menggunakan transportasi pribadi Anda.

Setibanya, Anda tidak akan bepergian jauh sia-sia. 
Kami di sana dan di sepanjang pantai maka Anda akan mendapatkan pesona Pantai Glagah. Sebuah hamparan luas pantai, Anda dapat menemukan ketika Anda pertama kali tiba di Pantai Glagah. Anda dapat menikmati pemandangan karena bebas dari batu raksasa. Anda bisa mendapatkan pemandangan gratis.

Ketika Anda mulai dan memasuki daerah ini, ada tiga tempat Anda bisa mendapatkan semua sekaligus. 
Yang pertama adalah gardu pandang, atau lebih sering disebut Dermaga Wisata (Dermaga Wisata). Sini ada gardu pandang yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk menikmati pemandangan.Yang kedua adalah terletak di sisi barat, beberapa orang menyebutnya sebagai udara atau air Dermaga Wharf. Daerah ini ditumbuhi dengan rumput dan tanaman pantai. Ketiga tempat adalah tempat memancing, Anda dapat bergabung dengan masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam penangkapan ikan. Jangan ragu dengan orang-orang sekitar karena mereka ingin membantu Anda untuk ikan. 
Untuk login ke wilayah Pantai Glagah hanya perlu membayar Rp 3.000, - per orang.


Kadang-kadang di tempat ini mengadakan acara yang digelar di sisi pantai, seperti pertunjukan seni budaya dan festival. Pada saat ada acara, pantai ini menjadi sangat ramai. Tetapi jika ada acara tidak, pantai ini sangat lapang dan tenang, hanya mendengar suara ombak dan angin.


Wow Betapa Indahnya Pantai GLAGAH….hehehe

Minggu, 24 Juli 2011

Panati Ngobran Gunung Kidul

Pantai Ngobaran, salah satu eksotisme yang terpendam di jajaran pesona Gunung kidul, berada 2 km arah barat pantai Ngrenehan. Pantai yang terletak di desa kanigoro kecamatan saptosari kabupaten gunungkidul yogyakarta ini memadukan tebing tinggi dan hamparan pantai membentuk relief keindahan tak terkira. Pantai Ngobaran, keindahan atas keperawanan alam. 

Pantai ini dihiasi karang-karang berselimut alba (rumput laut) yang menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar. Alba merupakan bahan baku untuk pembuatan kosmetik. Di antara karang-karang terbentuk kolam-kolam mini sepanjang pantai tempat hidup biota-biota laut seperti lobster dan landak laut(hewan laut dengan duri tajam seperti landak) yang menjadi tumpuan para nelayan darat. Sebutan nelayan darat diperuntukkan bagi nelayan yang tidak perlu melaut/berlayar dengan kapal untuk mengekplorasi hasil laut, cukup di pantai saja.

Pantai Ngobaran menyimpan sejarah panjang kerukunan dalam ke-bhineka-an. Di pantai ini berdiri beberapa tempat peribadatan berbagai agama/kepercayaan. Sebuah masjid berdiri berdampingan dengan sebuah pura (tempat beribadah umat Hindu), tempat ibadah aliran kepercayaan kejawen dan kejawan (Aliran kepercayaan peninggalan Brawijaya V, diambil dari nama salah satu putra Brawijaya V, Bondhan Kejawan). Keunikan dapat terlihat dari Masjid yang menghadap ke selatan, beradapan dengan wajah keindahan pantai Ngobaran. Namun dalam pelaksanaan sholat, tetap menghadap Kiblat.






Pantai Sundak Sebanding Dengan Dreamland

Pantai Sundak, pantai kecil nan indah yang terletak di kabupaten Gunungkidul Jogjakarta ternyata menyimpan kisah yang menarik. Sebelum kita simak sejarah adanya Pantai Sundak, sedikit mereview, bahwa pantai kecil di antara gugusan pantai yang berjejer di selatan pulau Jawa, mungkin ini yang paling alami, tenang dan yang paling indah yang pernah saya kunjungi. Sekitar 2 atau 3 tahun yang lalu saya benar-benar menikmati pasir putih dan sejuk hawa udara pantainya. Garis pantainya pun tidak panjang, jangan bayangkan garis Pantai Losari di Makassar atau Pantai Parangtritis di Jogja.


   


 Pantai Sundak benar-benar terasa seperti pantai pribadi (hahahaha). Back to the topic, kisah penamaan pantai ini sendiri ternyata mengundang sedikit rasa heran dan ga percaya. Yah, konon….. Nama Sundak ternyata mengalami evolusi yang bukti-buktinya bisa dilacak secara geologis. Agar tahu bagaimana evolusinya, maka pengunjung mesti tahu dulu kondisi pinggiran Pantai Sundak dulu dan kini. Di bagian pinggir barat pantai terdapat masjid dan ruang kosong yang sekarang dimanfaatkan sebagai tempat parkir. Sementara di sebelah timur terdapat gua yang terbentuk dari batu karang berketinggian kurang lebih 12 meter. Memasuki gua, akan dijumpai sumur alami tempat penduduk mendapatkan air tawar. Wilayah yang diuraikan di atas sebelum tahun 1930 masih terendam lautan. Konon, air sampai ke wilayah yang kini dibangun masjid, batu karang yang membentuk gua pun masih terendam air. Seiring proses geologi di pantai selatan, permukaan laut menyusut dan air lebih menjorok ke laut. Batu karang dan wilayah di dekat masjid akhirnya menjadi daratan baru yang kemudian dimanfaatkan penduduk pantai untuk aktivitas ekonominya hingga saat ini. Ada fenomena alam unik akibat aktivitas tersebut yang akhirnya menjadi titik tolak penamaan pantai ini. Jika musim hujan tiba, banyak air dari daratan yang mengalir menuju lautan. Akibatnya, dataran di sebelah timur pantai membelah sehingga membentuk bentukan seperti sungai. Air yang mengalir seperti mbedah (membelah) pasir. Bila kemarau datang, belahan itu menghilang dan seiring dengannya air laut datang membawa pasir. Fenomena alam inilah yang menyebabkan nama pantai menjadi Wedibedah (pasir yang terbelah). Perubahan nama berlangsung beberapa puluh tahun kemudian. Sekitar tahun 1976, ada sebuah kejadian menarik. Suatu siang, seekor anjing sedang berlarian di daerah pantai dan memasuki gua karang bertemu dengan seekor landak laut. Karena lapar, si anjing bermaksud memakan landak laut itu tetapi si landak menghindar. Terjadilah sebuah perkelahian yang akhirnya dimenangkan si anjing dengan berhasil memakan setengah tubuh landak laut dan keluar gua dengan rasa bangga. Perbuatan si anjing diketahui pemiliknya, bernama Arjasangku, yang melihat setengah tubuh landak laut di mulut anjing. Mengecek ke dalam gua, ternyata pemilik menemukan setengah tubuh landak laut yang tersisa. Nah, sejak itu, nama Wedibedah berubah menjadi Sundak, singkatan dari asu (anjing) dan landak. Tak dinyana, perkelahian itu membawa berkah bagi penduduk setempat. Setelah selama puluhan tahun kekurangan air, akhirnya penduduk menemukan mata air. Awalnya, si pemilik anjing heran karena anjingnya keluar gua dengan basah kuyup. Hipotesanya, di gua tersebut terdapat air dan anjingnya sempat tercebur ketika mengejar landak. Setelah mencoba menyelidiki dengan beberapa warga, ternyata perkiraan tersebut benar. Jadilah kini, air dalam gua dimanfaatkan untuk keperluan hidup penduduk. Dari dalam gua, kini dipasang pipa untuk menghubungkan dengan penduduk. Temuan mata air ini mengobati kekecewaan penduduk karena sumur yang dibangun sebelumnya tergenang air laut. Nah, bila kondisi tahun 1930 saja seperti yang dikatakan di atas, dapat diperkirakan kondisi ratusan tahun sebelumnya. Tentu sangat banyak organisme laut yang memanfaatkan bagian bawah karang yang kini menjadi gua dan wilayah yang kini menjadi daratan. Karenanya, banyak arkeolog percaya bahwa sebagai konsekuensi dari proses geologis yang ada, banyak organisme laut yang tertinggal dan kini tertimbun menjadi fosil. Soal fosil apa yang ditemukan, memang hingga kini belum banyak penelitian yang mengungkapkan.Selain menawarkan saksi bisu sejarahnya, Sundak juga menawarkan suasana malam yang menyenangkan. Anda bisa menikmati angin malam dan bulan sambil memesan ikan mentah untuk dibakar beramai-ramai bersama teman. Dengan membayar beberapa ribu, Anda dapat membeli kayu untuk bahan bakar. Kalau malas, pesan saja yang matang sehingga siap santap. Yang jelas, tak perlu bingung mencari tempat menginap. Pengunjung bisa tidur di mana saja, mendirikan tenda, atau tidur saja di bangku warung yang kalau malam tak terpakai. Kegelapan tak perlu diributkan, bukankah membosankan jika hidup terus terang benderang? Mmmmmhhh, cukup menarik!!! Silahkan berkunjung, pasti akan betah dan ketagihan.


     

Sabtu, 23 Juli 2011

Alun-Alun Kidul Jogjakarta

Alun-alun Kidul (Selatan) adalah alun-alun di bagian Selatan Keraton Yogyakarta. Alun-alun Kidul sering pula disebut sebagai Pengkeran. Pengkeran berasal dari kata pengker (bentuk krama) dari mburi (belakang). Hal tersebut sesuai dengan keletakan alun-alun Kidul yang memang terletak di belakang keraton. Alun-alun ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki lima gapura, satu buah di sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing dua buah. Di antara gapura utara dan selatan di sisi barat terdapat ngGajahan sebuah kandang guna memelihara gajah milik Sultan.

Di sekeliling alun-alun ditanami pohon mangga (Mangifera indica; famili Anacardiaceae), pakel (Mangifera sp; famili Anacardiaceae), dan kuini (Mangifera odoranta; famili Anacardiaceae). Pohon beringin hanya terdapat dua pasang. Sepasang di tengah alun-alun yang dinamakan Supit Urang (harfiah=capit udang) dan sepasang lagi di kanan-kiri gapura sisi selatan yang dinamakan Wok(dari kata bewok, jenggot). Dari gapura sisi selatan terdapat jalan Plengkung Gading yang menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya.

Alun-alun selatan, dulunya tempat latihan baris prajurit keraton, sehari sebelum upacara grebeg. Tempat itu juga sebagai ajang sowan abdi dalem wedana prajurit berserta anak buahnya, di malam bulan Puasa tanggal 23, 25, 27 dan 29. Namun sejak Sri Sultan HB VIII bertahta, pisowanan ini dihentikan.

ada satu tradisi permainan yang sangat menarik di alun alun selatan yang disebut Masangin. Masangin adalah memasuki celah di antara dua pohon beringin di tengah alun-alun itu dalam keadaan mata tertutup. Tampaknya sepele, tapi tak gampang. Banyak yang menjajal, tapi gagal. Selalu berbelok arah
Wisata Indonesia Surga Dunia


 http://www.wisatanesia.com/2010/05/alun-alun-kidul-yogyakarta.html#ixzz1SwmjfUMc

Gunung Api Purba Di Jogjakarta (WISATA)

Gunung Nglanggeran adalah sebuah gunung api purba berumur sekitar 60 juta tahun yang terletak di kawasan Baturagung, bagian utara Kabupaten Gunung Kidul pada ketinggian sekitar 200-700 mdpl.
Teletak di desa Nglanggeran Kecamatan Patuk, tempat wisata ini dapat ditempuh sekitar 15 menit atau sekitar 22 km dari kota Wonosari.
Kawasan ini konon merupakan kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua dan bentang alamnya memiliki keindahan yang secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Berdasarkan hasil sejumlah penelitian dan referensi, gunung Nglanggeran adalah gunung berapi purba, yang keberadaanya jauh sebelum terbentuknya Gunung Merapi di Kabupaten Sleman.
Nama Nglanggeran berasal dari kata planggaran yang bermakna setiap perilaku jahat pasti ketahuan. Ada pula yang menuturkan, nama bukit berketinggian 700 meter di atas permukaan laut ini dengan kata langgeng artinya desa yang aman dan tentram.
Selain sebutan tersebut, gunung yang tersusun dari banyak bebatuan ini dikenal dengan nama Gunung Wayang karena terdapat gunung/bebatuan yang menyerupai tokoh pewayangan. Menurut kepercayaan adat jawa Gunung Nglanggeran dijaga oleh Kyi Ongko Wijaya dan Punakawan. Punakawan dalam tokoh pewayangan tersebut, yakni Semar, Gareng, Petruk, serta Bagong.
Kepercayaan lain menyebutkan bahwa Gunung Nglanggeran sebagai Gunung Wahyu karena gunung tersebut diyakini sebagai sarana meditasi memperoleh wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa. Air dari gunung Nglanggeran sering diambil abdi dalem dari Kraton Yogyakarta sebagai sarana mohon ketentraman dan keselamatan semua masyarakat DIY. Tak heran, sebagian orang masih mengeramatkan gunung tersebut. Pada malam tahun baru Jawa atau Jumat Kliwon, beberapa orang memilih semedi di puncak gunung  ini.

Baca Juga